Translate

Kamis, 26 April 2012

tips memilih camera DLSR

Buat para pemula seprti saya jangan sampai salah memilih camera agar tidak menyesal kedepannya. Kebanyakan banyak orang memilih murahnya tidak memilih murah tidak memilih kualitasnya,ahirnya menyesal dee :(
  Nahh ne saya punya tips*  memilih camera buat para pemula
  1. Sensor Kamera D-SLR
Terdapat beberapa varian bagi sensor kamera digital ini, yaitu Full Frame (36 x 24mm), APS-H (28,7 x 19mm), APS-C (22,2 x 14,8 mm), dan Four-thirds (17,3 x 13mm). Perbedaan ukuran ini memang membingungkan untuk pemula, namun singkatnya, jika kita menggunakan sensor full frame (perbandingan gambar 3:2), maka gambar di jendela bidik akan terlihat penuh. Jika dicetak pada kertas foto ukuran 4 R (15 x 10 cm), maka tidak ada cropping pada cetakan karena sesuai dengan ukuran di LCD (15 : 10 = 3 : 2). Tapi jika kita menggunakan sensor APS-C, terdapat crop factor yang didapat dari pembagian sbb, lebar sensor full frame : lebar sensor APS-C, (36 :22,2 = 1,6) maka pada sensor APS-C terdapat crop factor 1,6.
Kamera dengan sensor APS-C, lebih cocok untuk telephoto, karena jika kita menggunakan lensa 70 – 300mm, itu artinya kita menggunakan lensa 112 – 480mm.
  2. Resolusi Kamera D-SLR (megapiksel)
Kamera Digital memberikan pilihan pada kita untuk menentukan seberapa besar resolusi yang kita butuhkan. Saat ini, kemampuan resolusi kamera D-SLR sudah mencapai 12 mp. Semakin besar ukuran resolusi kamera, semakin besar pula memori yang dibutuhkan untuk menyimpan gambar saat pemotretan. Pada dasarnya, resolusi kamera pada ukuran 10 mp, misalnya, resolusi maksimal mencapai 3872 x 2592. Namun untuk kebutuhan pemotretan biasa, resolusi sebesar itu akan memakan memori besar, oleh sebab itu, pada kamera D-SLR selalu dilengkapi dengan pilihan max resolusi dan low resolusi, agar kita bisa memilih sesuai kebutuhan. Banyak fotografer profesional masih menggunakan resolusi 6 mp, karena masih dirasa cukup untuk membuat foto yang baik. Pemilihan resolusi besar biasanya untuk keperluan cropping gambar nantinya. Selain itu, resolusi bukan lah segalanya. Pada kamera digital, penentuan resolusi tidak serta merta berkaitan dengan ketajaman gambar. Pada kamera D-SLR, ketajaman gambar lebih ditentukan oleh kelas lensa yang digunakan.
  3. Kamera D-SLR memiliki usia shutter tertentu
Jika kita menggunakan kamera SLR analog, setiap melakukan pemotretan, kita dibatasi oleh jumlah frame yang ada pada rol film negatif yang kita gunakan. Pada kamera D-SLR, hal tersebut ditiadakan. Kita bisa memotret dalam satu waktu hingga ratusan bahkan ribuan foto, selama memiliki memori penyimpanan data yang cukup. Namun demikian, pada kamera D-SLR terdapat yang dikenal dengan istilah shutter count, yaitu rekaman jumlah jepretan yang dilakukan oleh shutter pada kamera. Setiap kamera D-SLR, memiliki shutter count atau estimasi “masa hidup” shutter. Pada pengujian pabrik, kamera D-SLR kelas menengah mampu mencapai 50ribu jepretan kalau kamera D-SLR kelas atas bisa mencapai diatas 100ribu jepretan tanpa masalah.
Jadii intinyaa kamera D-SLR memang cocok untuk pemula dalam belajar, asalkan ketika belajar, kita tetap memiliki konsep memotret, berpikir dulu sebelum memotret, sehingga tidak membuang-buang usia shutter.
  4. Perawatan camera D-SL
Nahh ne juga gak kalah pentingnya apalagi di bagian paling fatal yaitu LENSA
jangan menaruh kamera di tempat lembab dan berdebu akibatnya bisa berjamurr. Debu akan menempel pada sensor kamera, dan pada hasil foto akan terlihat, apalagi ketika menggunakan bukaan kecil (diafragma).Tapi jangan hawatir untuk memberskan debu gampang* susah dan harus sabar membersihkan debu, bisa menggunakan alat peniup debu khusus yang tersedia di toko kamera. Walaupun pada kamera D-SLR terkini telah dilengkapi dengan sistem pembersih debu otomatis, tapi tetap secara manual dibutuhkan.

Nahh semoga tips* di atas tadi cukup bermanfaat buat kamuuu..semoga bermanfaat ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar